Rabu, 13 Maret 2013
Pagi hari saat kabut masih menyelimuti bumi, saya dan
seorang teman perempuan tergesa menuju Taman Balekambang, Solo. Suasana masih
sepi, bahkan gerbang taman pun hanya terbuka sedikit. Sepi.
Petugas taman melihat kami kebingungan, mengarahakan kemana
kami harus pergi. Petugas menunjuk ke sebuah teater terbuka yang dibangun
dengan batu alam. Perlahan, kami bergabung dengan kelima orang lain yang sedang
bermeditasi. Sang instruktur, seorang perempuan paruh baya menghampiri kami, “
Sudah pernah berapa kali mengikuti yoga?”
“ Ini baru pertama kali”, jawab saya
“ OK. Silahkan bermeditasi dan ikuti saya sesuai kemampuan
diri, kalau lelah jangan dipaksa”, saran perempuan bernama Ana.
Meditasi berlangsung selama setengah jam. Berhubung kami
datang sedikit terlambat, kami hanya mengikuti separuh waktu saja. Usai
meditasi, kami diminta untuk mengusap-usap telapak tangan dan meluruskan kaki
untuk mengurangi kesemutan.
Lalu, sesi pertama yoga pun dimulai dengan menegakkan badan
dan mengatur pernapasan. Kita dihasruskan untuk menegakkan badan sikap
sempurna. Tujuannya agar tulang belakang kita lurus, tidak buingkuk. Hal ini
juga bagus bagi seseorang yang memiliki kebiasaan bungkuk, terutama para
orangtua.
Selanjutnya, tubuh kita akan mulai meliuk ke kanan, ke kiri,
ke depan, ke belakang, ke semua penjuru. Semua otot tubuh akan tertarik dan
percaya atau tidak, meskipun sekilas yoga terlihat mudah dan santai tapi tubuh
mampu mengeluarkan keringat sama seperti saat kita jogging. Fiuuhh…
Ada kejadian memalukan saat saya sedang meliukkan tubuh
seperti kucing yang menggeliat. Karena saya membawa matras seukuran separuh
badan, saya terpleset saat akan berdiri. Kebetulan lantai batu yang saya
tempati licin akibat hujan semalam. Alhasil, tubuh saya sukses jatuh. Duh..sudah
malu, sakit pula. Ibu Anna sempat
mengingatkan saya untuk sebaiknya menggunakan matras seukuran badan agar tidak
lagi terjadi hal semacam itu.
Puas meliuk-liuk, di akhir sesi kita diminta untuk telentang
di atas matras. Dengan mata terpejam, kita diminta untuk relaksasi sembari
menikmati suasana pagi. Saya menghirup udara yang masih bersih, suara gemerisik
dedaunan, cicit burung, suara mesin pemotong rumput, manisnya aroma rumput yang
sedang dipotong, dan suara hembusan napas saya sendiri.
Yoga di tempat ini terbuka bagi siapapun yang berminat
dengan olahraga meditasi ini. Baik anak muda, maupun orangtua boleh bergabung. Ini
kedua kalinya saya melakukan yoga. Pertama, saya yoga dengan instruksi dari
sebuah acara televisi nasional dan kedua di Taman Balekambang, atas informasi
seorang teman.
Ada empat instruktur yang bergantian melatih setiap
minggunya. Dua kali dalam seminggu, yakni di hari Rabu pukul 06.00 WIB dan
Sabtu pukul 07.00 WIB kelas ini terbuka untuk umum. Kita bebas mau ikut kelas
yang mana, bebas memberikan uang jasa alias sukarela. Tertarik?
Gambar: weheartit| http://weheartit.com/entry/54611736/via/jetdoc