27 Des 2011

Menggenggam Kedekatan



Teknologi menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh.

Kalimat tersebut pernah saya dengar dari seorang teman. Waktu itu kami sedang berkumpul membicarakan hal remeh temeh sampai ketika saya, dia dan satu lagi teman saya memegang telepon genggam milik masing-masing. Hening sesaat, hanya terdengar ketukan jari pada layar dan tombol seluler. Sampai kemudian salah seorang dari kami spontan berkata, "Teknologi menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh".

Secara tidak sadar, kami pun meletakkan benda seukuran genggaman tangan tersebut. Obrolan pun berlanjut. Lalu hening sebentar saat kami kehabisan bahan pembicaraan. Lalu, ketukan jari pada layar dan tombol seluler kembali terdengar.

Dan beberapa hari yang lalu, saya dan saudara perempuan saya makan malam di sebuah rumah makan yang berada di dalam sebuah pusat perbelanjaan. Di sela-sela obrolan sembari menunggu pesanan kami datang, saya mendengar suara latar musik permainan burung pemarah, Angry Bird.

Rupanya suara tersebut berasal dari meja sebelah kanan kami. Sejenak saya mengamati ketiga penghuni meja tersebut yang menurut saya ialah sebuah keluarga kecil. Seorang ibu yang sedang berkutat dengan ponsel pintarnya, seorang ayah yang juga tengah serius memandangi telepon genggamnya, dan tentu saja sang anak yang larut dalam permainan.

Ironis. Mereka berada di meja yang sama, di tempat yang sama, namun pikiran mereka tidak berada di tempat yang sama. Masing-masing sibuk dengan dunia maya dalam genggaman tangan mereka.

Tiba-tiba saya teringat, saya pernah membaca sebuah artikel di sebuah majalah online asal ibukota. Isinya kurang lebih sama dengan apa yang saya ceritakan di atas. Bahwa, teknologi tidak hanya berdampak baik bagi penggunanya tapi juga berpengaruh kurang baik (kalau tidak boleh disebut buruk).

Pikiran saya melayang. Mencoba mengingat-ingat, apakah saya juga melakukan hal yang sama dengan sebuah keluarga kecil di atas. Mungkin saat bersama teman-teman dan sahabat saya, atau malah sama persis dengan keluarga tersebut.

Setiap saat rajin melirik bahkan melongok ke layar ponsel sambil memasang telinga, kalau-kalau terdengar nada pemberitahuan. Entah berasal dari email, percakapan instan, atau jejaring sosial. Obrolan yang seharusnya bisa lebih mendekatkan hubungan pertemanan pun menjadi terganggu karena perhatian kita terbelah. Antara menyimak obrolan atau menciptakan obrolan sendiri di dunia maya.