22 Mei 2012

Menikmati Jogja (bagian satu)

Libur panjang, waktunya jalan-jalan. Yeay!!
Minggu lalu, selama tiga hari (18-20 Mei) saya lagi-lagi berlibur ke Kota Pelajar, DIY Yogyakarta. Entah kenapa saya selalu suka berlibur ke kota yang masih kental dengan budaya jawa ala keraton ini.


Kebetulan saya berkesempatan menonton konser ulang tahun Sheila On 7 yang ke 16. Band asal Jogja ini punya fans yang dijuluki Sheila Gank. Fans mereka tidak cuma berasal dari Jogja saja, tapi juga kota-kota lain seperti Tangerang, Jakarta, Bandung, hingga Malaysia. Selama tiga jam penonton disuguhi penampilan terbaik dari SO7. Duta, sang vokalis begitu hebat menyanyikan lagu-lagu dari sembilan album SO7. Kualitas suaranya tetap terjaga meskipun wajah dan tubuhnya terlihat lelah.

Saya memang bukan Sheila Gank. Saya hanya seorang penikmat musik yang berkesempatan melihat konser ulang tahun terbesar yang pernah digelar band beranggotakan Duta, Eross, Adam, dan Brian. Sungguh menyenangkan bisa berada di tengah-tengah penggemar yang begitu antusias dengan band favorit mereka. Walaupun sebenarnya saya kurang begitu nyaman berada di tengah keramaian.


Usai konser, hari beranjak larut. Perut pun mulai berontak minta diisi. Karena berada di kota gudeg, maka saya pun langsung mendatangi warung makan yang menyajikan menu gudeg. Hampir pukul 12 malam ketika saya sampai di warung tersebut. Saya pikir, warung "Gudeg Permata" itu akan tutup. Ternyata, warung yang cukup terkenal itu masih ramai dikerumuni pembeli hingga tidak ada tempat kosong buat saya.

Padahal, penampilan warung itu sederhana. Letaknya di pinggir jalan dekat dengan lampu lalu lintas pertigaan Hotel Wilis. Entah jalan apa, saya lupa menanyakannnya. Ada tiga tipe tempat yang bisa pembeli pilih, mulai dari duduk di dekat penjual, duduk di dalam ruangan sebelah warung, atau duduk lesehan di pinggir jalan dan di dalam gang kecil dekat kompor. Tak lupa pengamen jalanan mengiringi makan (larut)malam saya dan pembeli lainnya.

Gudeg Permata ini buka sekitar pukul 9 malam dan tutup saat makanan sudah habis terjual. Cocok buat penikmat kuliner malam. Banyak menu yang bisa dipilih disini. Ada gudeg koyor, gudeg telur, gudeg lauk ayam, atau gudeg lauk jerohan. Minumannya mulai dari teh, jeruk, sampai es tape hijau. Saya memilih menu gudeg lauk sayap ayam dan memesan wedang ronde yang kebetulan mangkal di dekat warung.

Rasa gudeg permata tidak sama dengan gudeg Jogja pada umumnya yang manis banget dan kering. Gudeg ini lebih basah dan tidak begitu manis. Saya sih suka dengan rasa gudeg yang seperti ini terutama dengan kuah santan kentalnya, yaitu kuah areh. Rasanya mirip dengan gudeg di kota kelahiran saya, Semarang.

Kenyang menyantap gudeg, saya lalu pulang ke rumah teman baik saya di pinggiran kota. Jogja di tengah malam berbeda dengan Semarang. Kota ini sangat tenang di malam hari dan jarang sekali ada SPBU dan restoran cepat saji yang buka 24 jam. (bersambung...)